Wednesday, February 26, 2014

Mereka itu Bapak Bapak kita

Hari ini Pak Samad berpagi-pagian
bersiap dan berwangi-wangian
bersedia melangkahkan kaki
ke rumah suci
menanti laungan rindu di subuh hari

Seusai doa dipanjatkan
Pak Samad lantas ke warungnya
demi mengisi perut isi rumahnya
berpagian dia dalam bekerja

Tebaran demi tebaran
doh-doh tepung dicanai dan dilipat
dihampar atas kuali leper
buat santapan setiap pengunjungnya

Tangannya yang berminyak
ditambah pula panasnya roti di atas kuali
semuanya sudah lali baginya
kerna dia mengerti ertinya syukur

walau dia tak punya apa
dia mengerti rezeki Ilahi
bekerja tidak meminta
demi menyara keluarga tercinta

lena

Kita masih lagi lena diulit mimpi
sedang tupai sudah melompat
dari pokok ke pokok
demi mencari rezeki Ilahi

di kala mentari sudah terik
memancar cahaya seluruh alam
kita tak lagi terhidu
panggilan rahmat
tenggelam dalam
tak tersedar

dan hari tidak menanti kita
kerna ia tetap melabuhkan
tirainya di kala senja
dan berharap sinar pagi 
kan muncul keesokannya

kita masih tak tersedar
walau di tiap tika
segalanya telah datang
dan pasti kan terlepas
pergi