Wednesday, December 17, 2014

berbisik

Bisikan itu telah lama menyepi
tidak lagi menjenguk
apatah lagi meninggalkan pesan
menghilang tak menyapa
terbang di bawa angin lalu
ke sebuah daerah sepi

lalu jiwa ini melontarkan
tanya dan soal
tentang runsingnya hati
lama tak berteman
tiada yang menegur
tiada yang meneman

jalan kian kelam
diterangi cahaya kegelapan.

Sunday, July 6, 2014

Bulan dua belas

Sesungguhnya
kehidupan adalah suatu yang memeritkan
menjerut jiwa-jiwa yang lara
dalam penipuan dunia yang nyata

Namun kita masih lagi
angguk dan patuh
masih lagi bersahaja tak tersedar
yang kita telah lari dari apa
yang kita harapkan
kehidupan abadi yang kita rindukan
telah hanyut ke arus tak bertepi
kita gadaikan segalanya
demi kepuasan tak bernoktah

Tanamlah harapanmu
taburkanlah ia ke tanah
dan janganlah engkau berhenti berharap
kerana harapan dalam angan-angan
tak membuah rindu abadi

kerdil

Kini aku mengerti
kerna ditiap janji-Nya itu
adalah suatu yang pasti

Hati ini jauh membawa diri
menyedari hakikat
yang nyata tak punya apa
hanyalah sekujur jasad
yang mengotori bumi suci
di tiap gerak dan tingkah
di tiap orak dan langkah

Alunan panggilan ke suatu alam
telah bergema
memutuskan aku daripada segalanya
perjalanan yang tak tergambar
kepulangan yang kekal abadi

Kini aku mengerti
kerna di tiap janji-Nya
adalah suatu yang pasti

Wednesday, February 26, 2014

Mereka itu Bapak Bapak kita

Hari ini Pak Samad berpagi-pagian
bersiap dan berwangi-wangian
bersedia melangkahkan kaki
ke rumah suci
menanti laungan rindu di subuh hari

Seusai doa dipanjatkan
Pak Samad lantas ke warungnya
demi mengisi perut isi rumahnya
berpagian dia dalam bekerja

Tebaran demi tebaran
doh-doh tepung dicanai dan dilipat
dihampar atas kuali leper
buat santapan setiap pengunjungnya

Tangannya yang berminyak
ditambah pula panasnya roti di atas kuali
semuanya sudah lali baginya
kerna dia mengerti ertinya syukur

walau dia tak punya apa
dia mengerti rezeki Ilahi
bekerja tidak meminta
demi menyara keluarga tercinta

lena

Kita masih lagi lena diulit mimpi
sedang tupai sudah melompat
dari pokok ke pokok
demi mencari rezeki Ilahi

di kala mentari sudah terik
memancar cahaya seluruh alam
kita tak lagi terhidu
panggilan rahmat
tenggelam dalam
tak tersedar

dan hari tidak menanti kita
kerna ia tetap melabuhkan
tirainya di kala senja
dan berharap sinar pagi 
kan muncul keesokannya

kita masih tak tersedar
walau di tiap tika
segalanya telah datang
dan pasti kan terlepas
pergi

Wednesday, January 1, 2014

hela nafas

Di celahan hutan konkrit ini
kunantikan hari melabuhkan tirainya
bertemankan secawan kopi
sebatang rokok dan korek api
suasana petang diiringi
deru angin lepas hujan

langit melepaskan hela nafasnya
setelah melepaskan gugurnya hujan
ke tanah dan lembah yang berharap

di celahan hutan konkrit ini
kusemadikan perginya sebuah alam
dalam kesempitannya bernafas
terjerat tak berganjak
tenggelam ke lembah kelam