Bisikan itu telah lama menyepi
tidak lagi menjenguk
apatah lagi meninggalkan pesan
menghilang tak menyapa
terbang di bawa angin lalu
ke sebuah daerah sepi
lalu jiwa ini melontarkan
tanya dan soal
tentang runsingnya hati
lama tak berteman
tiada yang menegur
tiada yang meneman
jalan kian kelam
diterangi cahaya kegelapan.
Wednesday, December 17, 2014
Sunday, July 6, 2014
Bulan dua belas
Sesungguhnya
kehidupan adalah suatu yang memeritkan
menjerut jiwa-jiwa yang lara
dalam penipuan dunia yang nyata
Namun kita masih lagi
angguk dan patuh
masih lagi bersahaja tak tersedar
yang kita telah lari dari apa
yang kita harapkan
kehidupan abadi yang kita rindukan
telah hanyut ke arus tak bertepi
kita gadaikan segalanya
demi kepuasan tak bernoktah
Tanamlah harapanmu
taburkanlah ia ke tanah
dan janganlah engkau berhenti berharap
kerana harapan dalam angan-angan
tak membuah rindu abadi
kehidupan adalah suatu yang memeritkan
menjerut jiwa-jiwa yang lara
dalam penipuan dunia yang nyata
Namun kita masih lagi
angguk dan patuh
masih lagi bersahaja tak tersedar
yang kita telah lari dari apa
yang kita harapkan
kehidupan abadi yang kita rindukan
telah hanyut ke arus tak bertepi
kita gadaikan segalanya
demi kepuasan tak bernoktah
Tanamlah harapanmu
taburkanlah ia ke tanah
dan janganlah engkau berhenti berharap
kerana harapan dalam angan-angan
tak membuah rindu abadi
kerdil
Kini aku mengerti
kerna ditiap janji-Nya itu
adalah suatu yang pasti
Hati ini jauh membawa diri
menyedari hakikat
yang nyata tak punya apa
hanyalah sekujur jasad
yang mengotori bumi suci
di tiap gerak dan tingkah
di tiap orak dan langkah
Alunan panggilan ke suatu alam
telah bergema
memutuskan aku daripada segalanya
perjalanan yang tak tergambar
kepulangan yang kekal abadi
Kini aku mengerti
kerna di tiap janji-Nya
adalah suatu yang pasti
kerna ditiap janji-Nya itu
adalah suatu yang pasti
Hati ini jauh membawa diri
menyedari hakikat
yang nyata tak punya apa
hanyalah sekujur jasad
yang mengotori bumi suci
di tiap gerak dan tingkah
di tiap orak dan langkah
Alunan panggilan ke suatu alam
telah bergema
memutuskan aku daripada segalanya
perjalanan yang tak tergambar
kepulangan yang kekal abadi
Kini aku mengerti
kerna di tiap janji-Nya
adalah suatu yang pasti
Wednesday, February 26, 2014
Mereka itu Bapak Bapak kita
Hari ini Pak Samad berpagi-pagian
bersiap dan berwangi-wangian
bersedia melangkahkan kaki
ke rumah suci
menanti laungan rindu di subuh hari
Seusai doa dipanjatkan
Pak Samad lantas ke warungnya
demi mengisi perut isi rumahnya
berpagian dia dalam bekerja
Tebaran demi tebaran
doh-doh tepung dicanai dan dilipat
dihampar atas kuali leper
buat santapan setiap pengunjungnya
Tangannya yang berminyak
ditambah pula panasnya roti di atas kuali
semuanya sudah lali baginya
kerna dia mengerti ertinya syukur
walau dia tak punya apa
dia mengerti rezeki Ilahi
bekerja tidak meminta
demi menyara keluarga tercinta
bersiap dan berwangi-wangian
bersedia melangkahkan kaki
ke rumah suci
menanti laungan rindu di subuh hari
Seusai doa dipanjatkan
Pak Samad lantas ke warungnya
demi mengisi perut isi rumahnya
berpagian dia dalam bekerja
Tebaran demi tebaran
doh-doh tepung dicanai dan dilipat
dihampar atas kuali leper
buat santapan setiap pengunjungnya
Tangannya yang berminyak
ditambah pula panasnya roti di atas kuali
semuanya sudah lali baginya
kerna dia mengerti ertinya syukur
walau dia tak punya apa
dia mengerti rezeki Ilahi
bekerja tidak meminta
demi menyara keluarga tercinta
lena
Kita masih lagi lena diulit mimpi
sedang tupai sudah melompat
dari pokok ke pokok
demi mencari rezeki Ilahi
di kala mentari sudah terik
memancar cahaya seluruh alam
kita tak lagi terhidu
panggilan rahmat
tenggelam dalam
tak tersedar
dan hari tidak menanti kita
kerna ia tetap melabuhkan
tirainya di kala senja
dan berharap sinar pagi
kan muncul keesokannya
kita masih tak tersedar
walau di tiap tika
segalanya telah datang
dan pasti kan terlepas
pergi
sedang tupai sudah melompat
dari pokok ke pokok
demi mencari rezeki Ilahi
di kala mentari sudah terik
memancar cahaya seluruh alam
kita tak lagi terhidu
panggilan rahmat
tenggelam dalam
tak tersedar
dan hari tidak menanti kita
kerna ia tetap melabuhkan
tirainya di kala senja
dan berharap sinar pagi
kan muncul keesokannya
kita masih tak tersedar
walau di tiap tika
segalanya telah datang
dan pasti kan terlepas
pergi
Wednesday, January 1, 2014
hela nafas
Di celahan hutan konkrit ini
kunantikan hari melabuhkan tirainya
bertemankan secawan kopi
sebatang rokok dan korek api
suasana petang diiringi
deru angin lepas hujan
langit melepaskan hela nafasnya
setelah melepaskan gugurnya hujan
ke tanah dan lembah yang berharap
di celahan hutan konkrit ini
kusemadikan perginya sebuah alam
dalam kesempitannya bernafas
terjerat tak berganjak
tenggelam ke lembah kelam
kunantikan hari melabuhkan tirainya
bertemankan secawan kopi
sebatang rokok dan korek api
suasana petang diiringi
deru angin lepas hujan
langit melepaskan hela nafasnya
setelah melepaskan gugurnya hujan
ke tanah dan lembah yang berharap
di celahan hutan konkrit ini
kusemadikan perginya sebuah alam
dalam kesempitannya bernafas
terjerat tak berganjak
tenggelam ke lembah kelam
Subscribe to:
Posts (Atom)