Tuesday, August 23, 2011

hari menangis
menitiskan rintik rintik hujan
sayu dan pilu
bertiupan
bersama mengalunkan
doa-doa
hamba yang lemah
hamba-hamba yang memohon
limpah rahmat-Nya

tangisan itu
kian sebak
merintih ketakutan
mengenang dosa lalu
pilu hati ini
memikirkan sisa sisa hidup
yang kian luput
menunggu menanti
saatnya pergi

dan tatkala hujan redop
petanda hari akan cherah
menjadi harapan kita
hamba yang lemah
akan redha-Nya tuhan yang esa

Ramadhan 17 1432

Friday, August 12, 2011

hari hari berlalu
terkadang kita lupa
tiap detik
tiap saat kita
hanyalah untuk-Nya
yang memberi kita
sabuah kehidupan
di bumi-Nya
di mana kita diuji
dengan segala dugaan pancharoba
dengan segala senang segala kaya
agar kita hamba-Nya berpikir
agar kita hamba-Nya sadar
akan keesaan-Nya
keagungan-Nya
kekuasaan-Nya
dan kita perlu erti
perlu patuh
perlu sadar
tiap hembus nafas
tiap sedut udara ini
tiap degup nada jantung
tiap apa yang ditakdir yang diuji
hanya semata
kita hamba-Nya
hanya sang hamba yang hina
yang hidup dalam dunia kekuasaan-Nya

ramadhan 12 1432
berpikirlah
berhati hati
teliti
dan cermat

dalam setiap gerak
setiap detik hati
dan beringat ingatlah

andai kita
hamba-Nya yang taqwa


THE SPEECH

You know

When you get old in life

Things get taken from you

That`s just part of life

You only learnt that though

When you start to lose those things

As when you find out

That life became of inches


As is rugby

Because in either game

Life or rugby

The margin for error

Is so small

I mean one-half step

To late or to early

And you don`t quite make it

One half second to slow or to fast

And you don`t quite catch it

Inches we needed every where around us

They’re in every break of the game

Every minute

Every second

In this game

We fight for that inch

In this game we tear ourselves and everyone else

Around us to pieces for that inch

We claw with our fingernails

For that inch

Because we know that

When we add up all those inches

That`s going to make the difference

Between winning and loosing

Between living and dying

And I tell you this

In any fight is a man who’s willing to die

Who`s going to win that inch

And I know

If I`m going to have any life anymore

Is because I`m still willing

To fight and die for that inch


That`s what living is.


The six inches in front of your face

You`ve got to look at that man next to you

Look into his eyes

Now I think you’re going to see a man who will

Goal that inch with you

You`re going to see a man

Who will sacrifice and sell for the team

Because he knows

When it comes down to him

You`re going to do the same for him


That`s the definition of a team.


But either we play as a team

Or we will die as individual


That`s rugby my friend.

Wednesday, August 10, 2011

kita ini manusa biasa
sudah takdir begini rupa
terima syukur
anugerah yang esa
kelak mekar kelopak rasa
di hati terang tenang menyala

Bangsar
Ramadhan 10 1432

Tuesday, August 9, 2011

kita
maseng maseng
merahsiakan apa
di sebalik


tirai tirai hidop
yang kian lusoh
menyorok hilang
sembunyi diam


kita maseh
bermuka muka
jujur hilang
tulus pincang


maseh kita
menyarong topeng
maseh kita
menahan perit
menahan lelah
menahan sakit
maseh kita
memekong rasa rasa
jujur dan tulus


menjadikan kita
bukan kita
menjadikan kita
pembohong segala
menjadikan kita
si hati buta
kelam kabur
melakon di pentas
dunia sengketa




Wednesday, August 3, 2011

si anak kechil
di pimpin sayang
di dukong manja
di belai cheria

sepasang kekaseh
berdua bersama
menikmati mengakui
kuasa tuhan maha esa

ibu terchenta
tangan tuanya
dipimpin anak tersayang
di malam mulia
ke masjid berdua
mengabdikan diri
kepada dia
maha kuasa

bulan ini
bulan indah
bulan ini
penoh barakah
rahmat-Nya dilimpah
penoh hikmah

dan kita
hamba hamba-Nya yang berkaseh
hamba hamba-Nya yang berchenta
hamba hamba-Nya yang menyayang
perlu sadar
akan kebesaran
keesaan-Nya

agar chenta
agar kaseh
agar sayang kita
hanyalah pada-Nya
Allah yang kuasa

Bangsar
Ramadhan 3 1432

Tuesday, August 2, 2011

akher ini
aku aseng
dalam dunia
penoh tipu helah


akher ini
aku sendiri
lari dari segala
perit pedih racon dunia
yang kian memamah
manusa manusa leka
melemas
me-nenggelam
segala nyawa
langsong nafsu
bertakhta merdeka


dan akher ini
aku sendiri lagi
membisukan diri
membutakan nafsu
terperok kelam
terperosok dalam
langsong ke lembah
sunyi lagi sepi


biar begitu
rela begitu
dari dijilat
api nafsu
di bakar di sambar
gelora dunia sengketa


Bangsar
Ramadhan 2 1432

Monday, August 1, 2011

On a cobweb afternoon

In a room full of emptiness

By a free way I confess

I was lost in the pages

Of a book full of death

Reading how we`ll die alone

And if we`re good we`ll lay to rest

Anywhere we want to go

In your house I long to be

Room by room patiently

I`ll wait for you there like a stone

I`ll wait for you there alone

On my deathbed I will pray

To the gods and the angels

Like a pagan to anyone

Who will take me to heaven?

To a place I recall

I was there so long ago

The sky was bruised, the wine was bled

And there you led me on

In your house I long to be

Room by room patiently

I`ll wait for you there like a stone

I`ll wait for you there alone, alone

And on I read

Until the day was gone

And I sat in regret

Of all the things I`ve done

For all that I`ve blessed

And all that I`ve wronged

In dreams until my death

I will wonder on

In your house I long to be

Room by room patiently

I`ll wait for you there like a stone

I`ll wait for you there alone, alone…


Audioslave-like a stone